Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan Tubuh
Olahraga adalah kegiatan untuk melemaskan otot-otot yang sangat penting dilakukan bagi setiap orang demi menjaga kesehatan tubuh
Olahraga adalah kegiatan untuk
melemaskan otot-otot yang sangat penting dilakukan bagi setiap orang
demi menjaga kesehatan tubuh. Sebab dengan rajin berolahraga maka tubuh
akan menjadi sehat dan bugar. Olahraga juga sangat dianjurkan bagi orang
yang kesehatannya kurang baik maupun yang sedang menjalankan program
diet karena olahraga mampu mengembalikan kesehatan tubuhyang lemas dan
dapat membakar lemak dalam tubuh.
Untuk itu, penting bagi Anda menanamkan
arti pentingnya olahraga untuk menjaga kesehatan tubuh. Olahraga dapat
Anda lakukan dimana saja, jalan kaki atau lari mengelilingi komplek
setiap pagi juga sudah termasuk olahraga. Yang terpenting adalah
melakukan olahraga sebagai kegiatan rutin setiap hari agar kita dapat
mengambil manfaatnya. Berikut ini adalah manfaat olahraga untuk kesehatan tubuh :
1. Meningkatkan daya tahan tubuh.
Melakukan olahraga secara rutin dan
teratur dapat mempengaruhi hormon dalam tubuh yang berfungsi
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga jika daya tahan tubuh kita bagus
maka tubuh tidak akan mudah terserang penyakit.
2. Meningkatkan kemampuan otak.
Manfaat olahraga secara teratur setiap
hari dapat meningkatkan pasokan oksigen dalam tubuh sehingga sirkulasi
darah dalam tubuh terutama aliran darah ke otak juga akan lancar
sehingga otak bekerja lebih baik lagi.
3. Membakar lemak.
Olahraga merupakan kegiatan yang sudah
terbukti dapat membakar lemak dalam tubuh sehingga sangat disarankan
bagi Anda yang ingin melangsingkan tubuh untuk melakukan olahraga secara
teratur setiap hari.
4. Mengurangi stres.
Olahraga berfungsi untuk meregangkan
otot-otot tubuh sehingga membuat tubuh dan otak menjadi segar setiap
saat. Dengan tubuh dan otak yang segar maka akan menjadikan Anda
terhindar dari stres yang mungkin dapat dialami kapanpun juga.
5. Mengatasi penuaan dini
Usia yang semakin hari semakin bertambah
akan menyebabkan suatu perubahan pada tubuh seperti kulit keriput atau
disebut juga dengan penuaan. Untuk menghindari penuaan dini Anda dapat
melakukan olahraga secara teratur sehingga produktivitas sel-sel baru
pada kulit akan terangsang dan kulit akan tampak lebih kencang bebas
kerutan.
6. Meningkatkan energi tubuh
Orang yang secara rutin melakukan
olahraga akan memiliki stamina yang baik sehingga tidak mudah lemas saat
melakukan suatu pekerjaan berat. Sedangkan orang yang tidak pernah
melakukan olahraga maka tubuhnya akan cepat lelah saat sedang melakukan
pekerjaan berat.
Jadi mulailah dari sekarang meluangkan
sedikit waktu Anda untuk melakukan olahraga demi kesehatan tubuh Anda.
Jika kesehatan tubuh Anda terjaga maka setiap pekerjaan yang Anda
kerjakan juga akan berjalan dengan lancar. Selain dengan olahraga Anda
juga dapat menjaga kesehatan tubuh dengan dan minum air putih yang cukup yang bermanfaat menjaga dayan tahan tubuh dari dalam. Salam Sehat Selalu.
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_winVV
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_winVV
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_w
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_w
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Sejarah Tottenham
Hotspur FC
Pada awalnya warna kaus tim adalah biru tua (navy blue), untuk kemudian
berubah lagi menjadi biru muda-putih, merah-biru dan coklat-emas.
Terakhir pada musim 1899-1900, mereka baru merubah warna tim menjadi
kaus putih-celana biru tua, sebagai penghargaan kepada klub Preston
North End, klub Inggris tersukses di masa itu.
Pada tahun 1888, Tottenham memindahkan kandangnya dari Tottenham Marshes
ke Northumberland Park dimana klub sudah mulai mengenakan tiket pada
penontonnya. Pada tahun 1892, setelah dibujuk oleh Royal Arsenal
(nantinya menjadi Arsenal), mereka berupaya untuk masuk dalam
keanggotaan Southern League. Namun ditolak ketika mereka menjadi
satu-satunya diantara 23 tim pemohon yang tidak mendapatkan suara
voting. Mereka kemudian beralih status menjadi profesional sebelum Natal
1895 dan mengupayakan kembali permohonan untuk masuk menjadi anggota
Southern League. Upaya kedua ini akhirnya berhasil. Tahun 1898 Charles
Roberts menjadi chairman klub yang nantinya didudukinya sampai tahun
1943.
Tahun 1899, Spurs membangun markas barunya di dekat High Road,
Tottenham. Stadion itu kemudian dinamai ‘White Hart Lane’, stadion Spurs
sampai saat ini.
Tahun 1901, Tottenham menjuarai Piala FA dan menjadi satu-satunya klub
di luar liga yang memenangkan piala tesebut sejak Football League
dibentuk. Pada perayaan kemenangan, piala tersebut diberi pita berwarna
oleh istri direktur Spurs Morton Cadman dan itu akhirnya menjadi tradisi
yang bertahan sampai sekarang.
Tottenham baru masuk sebagai anggota Football League di musim 1908-1909,
dimana saat itu keanggotaan dipilih melalui voting. Di musim pertamanya
di divisi 2 , Spurs langsung promosi ke divisi 1 setelah keluar sebagai
runner up. Tetapi di divisi 1, Spurs hanya bisa menghuni papan bawah
klasemen sampai kemudian Perang Dunia I meletus dan kegiatan liga
dihentikan (1914-1915).
Ketika liga dimulai kembali pada tahun 1919, divisi satu Inggris
dimekarkan dari 20 menjadi 22 team. Spurs yang terdegradasi ke divisi 2
langsung promosi pada upaya pertamanya dengan menjuarai divisi 2 musim
1919-1920. Setahun kemudian Spurs bangkit dan menjuarai Piala FA nya
yang kedua setelah mengalahkan Wolves 1-0 di final tanggal 23 April
1921. Spurs kemudian meraih posisi runner up liga tahun 1922, sayangnya
setelah itu mereka mulai tenggelam kembali ke divisi 2 sampai Perang
Dunia II.
Pasca Perang Dunia II : Era Arthur Rowe (1949-1955)
Pada saat itu sepakbola telah menjadi olahraga yang luar biasa populer
di masyarakat Inggris dengan ribuan penonton selalu memadati
pertandingan tiap minggunya. Tahun 1949, Arthur Rowe, manager Tottenham
saat itu, menciptakan sebuah taktik ‘Push & Run’. Strateginya adalah
setelah bola dioperkan pada rekan, pemain lari tanpa bola melewati
penjaganya untuk menerima kembali umpan. Ini membuat pertandingan
mengalir lebih cepat. Strategi tersebut kemudian terbukti ampuh membawa
Spurs keluar sebagai juara divisi 2 musim 1949-1950. Tahun berikutnya,
Tottenham kemudian tak tertahankan untuk langsung menjadi juara divisi
satu (1950-1951). Pemain-pemain bintang saat itu adalah Alf Ramsey,
Ronnie Burgess, Ted Ditchburn, Len Duquemin, Sonny Walters dan Bill
Nicholson.
Ketidakberuntungan menghinggapi Spurs pada musim berikutnya, dimana
cedera menghantui sepanjang musim. Tim-tim lain juga mulai mencontek
cara Spurs bermain dan semakin mempersulit Spurs untuk mempertahankan
gelarnya. Spurs hanya meraih posisi runner up liga musim 1951-1952.
Prestasi mereka mulai menurun terus sampai kemudian Arthur Rowe mundur
karena sakit di tahun 1955.
Bill NicholsonEra Bill Nicholson (1960-1975)
Musim 1960-1961, Spurs yang ditangani oleh Bill Nicholson. Baru
pertandingan pertama Nicholson sudah mengisyaratkan bahaya bagi
lawan-lawannya dengan kemenangan besar 10-4 atas Everton. Benar saja,
Spurs meraih gelar ganda di musim tersebut setelah menjuarai liga dan
Piala FA sekaligus. Piala FA kemudian dipertahankan lagi di tahun 1962
dan kemudian menyusul gelar juara Piala Winners 1963 di ajang Eropa.
Pemain-pemain kunci asuhan Nicholson pada waktu itu adalah Danny
Blanchflower, John White, Dave Mackay, Cliff Jones, Jimmy Greaves dan
Terry Medwin.
Karena didominasi oleh pemain di usia senja, setelah tahun 1964 Spurs
mulai kepayahan karena faktor umur pemain-pemain kuncinya. Nicholson
lantas membangun tim dengan mengimpor pemain seperti Alan Gilzean, Mike
England, Alan Mullery, Terry Venables, Joe Kinnear dan Cyril Knowles.
Hasilnya, mereka kemudian mengalahkan Chelsea di final untuk menjuarai
Piala FA 1967 dan finis di urutan ke 3 liga. Nicholson kemudian
menambahkan lagi gelar juara Piala Liga tahun 1971 dan 1973 serta Piala
UEFA tahun 1972.
Nicholson mundur di musim 1974-1975 akibat start buruk Spurs di liga dan
juga rasa kecewa pada fans yang membuat kerusuhan atas kekalahan Spurs
di final Piala UEFA 1974. Bill Nicholson selama hampir 16 tahun
menangani Spurs telah mempersembahkan 8 gelar juara, periode tersukses
Spurs sampai sekarang.
Periode 1975-1980
Nicholson sempat memberi masukan agar Johny Giles dan Danny Blanchflower
ditunjuk untuk menggantikannya, namun usul tersebut ditolak direktur
dan pengurus utama Tottenham. Mereka menunjuk Terry Neil, bekas pemain
Arsenal, untuk menangani Spurs. Dibawah Neil, musim 1974-1975, klub
kemudian malah nyaris terdegradasi. Tekanan fans Spurs yang tidak pernah
menerimanya membuat Neil mundur pada tahun 1976 dan digantikan
asistennya, Keith Burkinshaw.
Tottenham terjungkal ke divisi 2 pada musim 1976-1977 setelah 27 tahun
Spurs berada di divisi satu. Penjualan Pat Jennings, kiper utama Spurs
asal Irlandia Utara, ke rival abadi mereka, Arsenal, mengejutkan fans
dan terbukti sebuah kesalahan fatal. Jennings kemudian melanjutkan
karirnya selama 8 tahun lagi di Arsenal, sementara Tottenham harus
menunggu sampai tahun 1981 sampai mereka mendapatkan kualitas yang sama
di Ray Clemence (dibeli dari Liverpool). Walaupun terdegradasi, pihak
board Spurs tetap mempercayakan kursi manager kepada Burkinshaw.
Tottenham kemudian mampu promosi di upaya pertamanya walaupun dengan
berat. Pada musim panas 1978, Burkinshaw membuat kejutan dengan
pembelian dua pemain anggota tim juara dunia Argentina, Osvaldo Ardilles
dan Ricardo Villa. Transfer pemain dari Amerika Latin adalah termasuk
hal langka di Inggris pada saat itu.
Periode 1980-1990
Spurs menjuarai Piala FA pada tahun 1981 dengan mengalahkan Manchester
City 3-2, mereka perlu berterima kasih pada Ricky (Ricardo) Villa yang
membuat gol solo run yang cantik. Tahun 1982, mereka kembali
mempertahankan juara Piala FA setelah mengandaskan QPR di final. Musim
1981-1982, perjalanan Spurs termasuk mulus di semua kompetisi yang
diikutinya namun mereka benar-benar tidak beruntung, kalah di final
Piala Liga melawan Liverpool, kalah di semi final Piala Winners dan
hanya meraih posisi 4 liga.
Nama lengkap :Tottenham Hotspur
Julukan :Spurs, Lilywhites
Didirikan :1882
Stadion :White Hart Lane, London(Kapasitas: 36.310)
Ketua :Daniel Levy
Manajer :Harry Redknapp
Liga :Liga Utama Inggris
2010-11 :Liga Utama Inggris
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Copy n Win at: http://bit.ly/copy_win
Tidak ada komentar:
Posting Komentar